Definisi akuntansi yang diberikan saat pertama kali mengenal akuntansi yang diterima penulis salah satunya : proses pencatatan, pengorganisasian, pengikhtisaran, penggolongan aktivitas – aktivitas, kejadian dan transaksi ekonomi yang dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Definisi akuntansi diatas merupakan definisi yang lazim dipahami dan diajarkan kepada para siswa maupun mahasiswa yang mengenal akuntansi. Definisi tersebut secara perspektif hanya menekankan definisi akuntansi dalam kerangka input-output dalam organisasi.
Hal ini wajar karena secara historis akuntansi dilakukan secara manual. Proses pencatatan dilakukan dengan bantuan buku jurnal kemudian dipindahkan ke dalam catatan buku besar fisik secara literal. Kemudian proses pengolongan dilakukan dengan memindahkan hasil pencatatan ke akun-akun yang sesuai di laporan keuangan (neraca, laba rugi dan laporan arus-kas) proses ini tentu saja memakan waktu yang sangat lama, hasil pencatatan memerlukan rentang proses yang tidak sedikit dari mulai proses penafsiran transaksi ke dalam jurnal pencatatan, kemudian ke buku besar dan pada akhirnya ke laporan keuangan dapat menghabiskan waktu efektif dalam proses pencatatan itu berhari-hari atau berminggu-minggu, kesulitan tersebut tidak hanya berhenti disitu. Karena proses dilakukan secara manual, potensi besar tentu saja muncul adanya salah pencatatan baik disebabkan oleh human-error maupun kesalahan yang tidak dapat dihindari karena adanya transaksi ekonomi yang ternyata dibatalkan atau lain sebagainya sehingga diperlukan pencatatan koreksi melalui jurnal penyesuaian maupun jurnal koreksi. Pencatatan manual ini seringkali tidak dilakukan mitigasi force majure. Catatan dengan proses fisik dapat beresiko kehilangan, kerusakan atau karena dampak dari bencana alam yang tidak diprediksi sebelumnya.
Aktivitas akuntansi yang dilakukan secara manual, tentunya menyulitkan proses audit tracking atas transaksi-transaksi yang telah tercatat sehingga reliabilitas dan validitas atas output masih sangat rendah. Praktek akuntansi secara manual tersebut juga dapat dinilai lemah secara pengendalian, dan berpotensi besar meningkatkan terjadi fraud.
Kelemahan yang paling krusial hasil pelaporan tersebut adalah tidak dapat digunakan secara optimal dalam proses analisis akun, sebagai langkah dalam pengambilan keputusan yang optimal.
Perkembangan akuntansi seiring dengan perkembangan waktu, inovasi teknologi, trend bisnis serta semakin ketatnya persaingan bisnis menyeret akuntansi bukan hanya sebagai fungsi yang menghasilkan laporan keuangan, akuntansi dipandang sebagai salah satu knowledge yang dimiliki oleh perusahaan dalam membuat keputusan yang lebih optimal.
Proses anggaran kemudian melibatkan akuntansi dalam penyusunan maupun evaluasinya. Aktivitas tersebut dipandang penting untuk dapat memadukan kompabilitas anggaran sebagai bagian dari input dalam proses akuntansi. Bidang ilmu akuntansi juga semakin meluas dengan diperkenalkannya akuntansi sebagai instrumen manajemen dalam menentukan harga jual maupun proses pencatatan dalam aktivitas internal organisasi yang salah satunya diperkenalkannya konsep pembebanan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC).
Porter memperkenalkan consumer profitability analysis. Akuntansi diposisikan sebagai bagian integral dalam keputusan strategis organisasi.
Pada fase ini penganggaran, costing, Supply-chain management, , Enterprise resource allocation, analisis profitabilitas dan lain sebagainya maupun hal yang berhubungan dengan nilai uang mulai semakin dipahami memiliki korelasi dengan akuntansi. Tahap sebenarnya menunjukkan semakin berkembangnya akuntansi, akuntansi bukan hanya sebagai alat pendukung (supporting tools) yang memudahkan para klerikal transaksi. Namun berkembang menjadi alat strategis (strategic tools) bagi para manajer, system design, auditor, investor, pemerintah dan pihak stakeholder lainnya.
Perkembangan definisi akuntansi dalam bidang sektor publik mulai semakin naik daun dengan diperkenalkannya ‘ilmu baru’ yakni akuntansi sektor publik. Ilmu yang pada awalnya mungkin Lucas Paciolli sendiri belum memiliki prediksi bahwa akuntansi akan compatible dengan aktivitas non-bisnis. Pada bidang ini, akuntansi juga tidak hanya dipandang sebagai tools semata (walaupun saat ini masih debatable tentang pandangan ini). Penelitian akuntansi mulai merambah evaluasi kinerja, maupun efektivitas penerapan anggaran. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang akuntansi yang cenderung berfungsi dalam aktivitas klerikal mulai meluas.
Posisi akuntansi oleh kalangan analis sistem salah satunya dengan memahami alur akuntansi maka analis sistem dapat merancang sistem yang lebih independen, reliabel, akurat serta otomatis. Misalnya dengan perkembangan web-based atau pun dukungan perangkat mobile, sistem proses input atas transaksi keuangan bukan hanya dilakukan oleh keputusan para akuntan retailer, namun juga dapat dirancang dengan trigger konsumen itu sendiri, atau bahkan dengan trigger event tertentu yang bahkan dilakukan secara otomatis oleh sistem dengan adanya teknologi artificial Intelligence / neural system
Semakin luasnya definisi akuntansi, menjadikan penelitian akuntansi juga semakin komplek. Perkembangan penelitian bidang akuntansi secara historis juga turut berkembang. Pada tahap dimana akuntansi dipandang sebagai alat yang mempermudah proses pencatatan serta pengorganisiran pencatatan, akuntansi cenderung dipandang secara sempit, penelitian yang mengkaji tentang akuntansi menelaah tentang permasalahan2 yang secara teknis baik terkait kerangka konseptual, definisi, prinsip asumsi, praktek pencatatan, metode pencatatan dan lain sebagainya.
Penelitian dalam ranah ilmu ini awalnya cenderung berada dalam kontek riset normatif dan pengembangan kerangka (Lord 1989). Ball & Brown (1968) dikenal sebagai peneliti yang menelaah hubungan akuntansi, prilaku individu dan teknologi. Mereka melakukan kajian bagaimana angka pendapatan / income dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam memprediksi kinerja perusahaan. Kajian Ball & Brown ini beralasan karena para penyusun teori, prinsip dan regulasi akuntansi hanya mendasarkan argumen mereka pada asumsi belaka. Fase 50-60 ini merupakan fase dimana penelitian bidang akuntansi tidak hanya dalam kerangka normatif saja namun semakin meluas ke bidang akuntansi keprilakukan (behavioral research accounting). Namun perdebatan akademik juga muncul dengan adanya cetusan ide tentang hubungan keprilakuan individu dengan informasi akuntansi. Hal ini seperti yang dinarasikan oleh Lord (1989) dimana pada fase ini para peneliti akuntansi belum memiliki dukungan di khasanah literatur akademik. Perlu waktu 10 tahun sehingga penelitian dalam bidang akuntansi keprilakuan memiliki wadah dalam literatur riset, hal ini dengan ditandai dibentuknya penerbit riset Journal of Accounting Research (JAR) pada tahun 1963. Benston pada tahun yang sama melakukan investigasi bagaimana pengaruh dari literatur non-akuntansi berpengaruh terhadap motivasi karyawan dan struktur organisasi, dan mendiskusikan hal ini sebagai acuan dalam membangun sistem informasi akuntansi.
Pada fase ini muncul adanya definisi tentang penelitian akuntansi keprilakukan :
Behavioral accounting research may be defined as the study of the behavior of accountants and non-accountants as they are influenced by accounting functions and research (Hofstedt and Kinard 1970).
Perkembangan akuntansi saat ini tidak hanya berhenti pada perdebatan masuknya disiplin ilmu keprilakukan atau psikologi dalam ranah akuntansi. Adalah wajar apabila perkembangan teknologi, tren bisnis, perubahan regulasi, kompleksitas transaksi bisnis atau kompleksitas konsumen / stakeholder akan mempengaruhi semakin meluasnya penelitian tentang akuntansi. Misalnya saja adanya penelitian tentang knowledge management, sistem teknologi informasi, praktek bisnis dengan berlandaskan pada kepercayaan tertentu, pendekatan sosial dalam akuntansi dan lain sebagainya. Hal ini konsisten dengan apa yang disampaikan oleh Constantinos J. Stefanou (2006) bahwa :
“Due to current technological, environmental and organizational changes, the research area of AIS is becoming increasingly more complex, interesting, wide and
Interdisciplinary. The results of a well-conducted research, which is much needed, should benefit organizations and society as a whole”.
DAFTAR PUSTAKA
- Diskusi kelas
- Constantinos J. Stefanou . The complexity and the research area of AIS, Journal of Enterprise Information Management Vol. 19 No. 1, 2006 pp. 9-12
- Ray Ball and Philip Brown. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers, Journal of Accounting Research Vol. 6 Issue 2 (Autumn, 1968). pp. 156-178.
- T. Lord, The Development of Behavioral Though In Accounting 1952 – 1981, Behavioral Research in Accounting Vol. 1. 1989. pp. 124 -149